Tawas Cair dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Koagulasi Air

Tawas cair merupakan salah satu koagulan yang banyak digunakan dalam proses pengolahan air. Bahan ini membantu mengikat partikel halus sehingga dapat mengendap dan menghasilkan air yang lebih jernih. Namun, efektivitas tawas cair maupun koagulan lainnya sangat bergantung pada kondisi air baku dan faktor-faktor kimia yang memengaruhi proses koagulasi.

Dalam industri pengolahan air, koagulasi berfungsi menghilangkan kekeruhan, zat organik, warna, serta berbagai partikel tersuspensi. Setiap jenis koagulan, termasuk tawas cair, bekerja optimal pada kondisi tertentu sehingga pemahaman mengenai faktor pH, garam, dan alkalinitas sangat penting untuk mencapai hasil terbaik.

1. Pengaruh pH Terhadap Efektivitas Koagulasi

pH adalah faktor utama yang menentukan efektivitas reaksi koagulasi. Sebagian besar koagulan, termasuk tawas cair, bekerja optimal pada rentang pH 5 hingga 7. Pada nilai pH rendah, jumlah ion bermuatan positif meningkat sehingga mampu menetralkan muatan negatif pada partikel koloid. Sebaliknya, pH yang terlalu tinggi dapat menghambat proses penggumpalan dan membuat dosis koagulan harus ditingkatkan.

Penyesuaian pH sering dilakukan terutama ketika kualitas air baku berubah akibat musim atau kondisi lingkungan. Dengan menjaga pH tetap stabil, tawas cair dapat bekerja lebih efisien sehingga proses pengolahan menjadi lebih hemat dan efektif.

2. Kandungan Garam dan Ion Terlarut

Air alami mengandung berbagai ion seperti kalsium, magnesium, natrium, klorida, dan sulfat. Ion-ion ini berperan penting dalam menentukan stabilitas partikel koloid. Dalam beberapa kondisi, keberadaan ion tersebut dapat membantu reaksi koagulasi sehingga tawas cair dapat bekerja lebih cepat.

Namun, air dengan kadar garam sangat tinggi dapat mengganggu reaksi koagulasi dan memerlukan penyesuaian dosis. Karena itu, analisis terhadap kandungan garam sangat penting dilakukan sebelum mengaplikasikan koagulan.

3. Alkalinitas dan Dampaknya Pada Koagulasi

Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan asam. Parameter ini berpengaruh langsung pada kestabilan pH selama proses koagulasi berlangsung. Air dengan alkalinitas memadai akan menjaga proses saat tawas cair atau koagulan lain ditambahkan.

Jika alkalinitas rendah, pH dapat turun drastis sehingga koagulasi tidak berlangsung semestinya. Untuk itu, penambahan kapur oksida atau kapur hidroksida sering dilakukan untuk menaikkan alkalinitas sebelum koagulasi dimulai.

4. Fungsi Kapur Hidroksida dan Kapur Oksida

Kapur oksida (CaO) digunakan untuk meningkatkan alkalinitas secara signifikan dan sering diaplikasikan pada air baku yang sangat asam. Sementara kapur hidroksida (Ca(OH)2) lebih mudah digunakan dan lebih stabil, sehingga banyak dipilih oleh fasilitas pengolahan air skala kecil.

Penambahan kedua bahan ini membantu menjaga keseimbangan kimia sehingga tawas cair dapat bekerja secara optimal. Dengan alkalinitas yang stabil, proses koagulasi menjadi lebih konsisten dan hasil akhir air olahan menjadi lebih baik.

Kesimpulan

Tawas cair merupakan koagulan yang efektif untuk mengurangi kekeruhan dan memperbaiki kualitas air, namun penggunaannya sangat dipengaruhi oleh pH, kadar garam, dan alkalinitas air. Dengan memahami pengaruh faktor-faktor tersebut, proses koagulasi dapat dioptimalkan dan biaya operasional dapat ditekan. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut atau konsultasi mengenai penggunaan tawas cair dalam sistem pengolahan air, tim Nebraska siap membantu memberikan solusi terbaik.